Cerpen: Rajaku Mati



Rajaku Mati
Oleh: Ahmad Riyadin

Suara lesatan panah tak henti-hentinya terdengar, pedang beradu memecah kesunyian senja yang hampir ditelan malam. Gaduh, riuh dalam peperangan memperebutkan kekuasaan ini terasa semakin menyeramkan.
“Kalau seperti ini terus kita bisa kalah,” seru Raja sambil mondar-mandir di singgasananya.
“Apa yang harus kita lakukan, Baginda, prajurit kita hanya tinggal separuh saja,” tanya Patih Bima.
“Kita harus mengatur strategi terlebih dahulu,” jawab Raja,“tarik mundur semua pasukan,” perintah Raja kepada Patih Bima.
“Tidak bisa Baginda, sudah terlambat, benteng-benteng sudah runtuh, kerajaan kita sudah dikepung pasukan musuh ,” Mentri Danu angkat bicara.
Raja mengernyitkan dahi, dia memutar otak secepat kilat. Diskusi singkatpun telah terjadi untuk menyiapkan strategi penyerangan dengan pasukan yang tersisa.
“Kalian semua terjunlah ke medan perang. Patih Bima, kamu bersama prajurit berkuda keluar melalui pintu utara.Dan yang lainya ke selatan.”
“Baik baginda, “ jawab mereka kompak.
Mereka langsung keluar dari kerajaan untuk melangsungkan serangan.
Baru saja hendak menyerang, sebuah anak panah melesat kearah jantung Patih Bima. Dia pun ambruk. Suara bising peperangan sedikit demi sedikit memudar, namun tiba-tiba suara samar terdengar disaat kegelapan matanya hampir sempurna.
Bim, bangun, Bimmaa...
***
“Bangun, Bim, gimana sih lu, lagi main catur malah tidur” kata Seno dengan nada sedikit menyentak.
Bima terbangun dengan terengah-engah, “Ja-di barusan gue cuma mimpi?"
Seno hanya mengangguk sambil memandang heran.
"Syukurlah.” Bima menarik nafas lega, "Lu sih mikirnya kelamaan gue jadi ketiduran kan...”
“He-he sorry... Emang lu mimpi apaan?” tanya Seno penasaran.
“Gue mimpi perang, hampir saja mati, untung lu bangunin gue, kan gue nggak jadi mati,” kata Bima dengan senyuman lebar.
“Lu sih emang nggak jadi mati, tapi lihat raja lo tuh gue Skak Mat, hahaha” Seno tertawa puas.
Bima melotot kaget, “Apaaa...?? Apes banget deh, ternyata gue tetep mati juga.”




Cilacap, 26 Mei 2016

Kumpulan Fiksi Mini


Kumpulan Fiksi Mini


KAPAN NIKAH
Oleh: Ahmad Riyadin

"Papah, kapan kita nikah?"
"Emm... Secepatnya ya, Mah," jawab pemuda yang sedang asyik bermain gami di smarthpone-nya itu.


Cilacap, 21 Mei 2016

PEROLONGAN PERTAMA
Oleh: Ahmad Riyadin

"Wah.. listrik mati dan HP sekarat." Riyn menatap laptop tajam.
Cilacap, 28 Mei 2016



CITA-CITA 
Oleh: Ahmad Riyadin

"Anak-anak, besok kalian pakai baju yang sesuai dengan cita-cita kalian ya,"  jelas Bu Guru. 
Keesokan harinya Ari berangkat sekolah memakai baju kotak-kotak.

Cilacap, 30 Mei 2016

SENAM(K)OTAK
Oleh: Ahmad Riyadin 

Kotak hitam putih ini membuatku bingung untuk melangkah.

Cilacap, 30 Mei 2016

Pengunjung

Diberdayakan oleh Blogger.

Mengenai Saya

Like us on Facebook